Sabtu, 03 Agustus 2013

i remember


ini waktu muharram di masjid.. me, dwi, and yola :)







es krim with dwi @ metropolis town square..

for youu dwi



T
erkadang kita jarang bahkan tidak peduli dengan sahabat kita..
Tapi ketidakpedulian itu akan berujung dengan penyesalan..
Kita lebih peduli dengan pacar kita dibanding sahabat..
Ini adalah kisahku....
Aku bersahabat dengan Dwi ketika usiaku 2 tahun, usia kami  sebaya, hanya terpaut beberapa bulan saja.
Aku ingat sekali ketika itu nenekku melarangku berdekatan dengannya, dengan alasan takut aku tertular penyakit kulitnya...
Tapi, peduli amat ..
Temanku saat itu cuma Dwi.. sampai-sampai aku mengumpat dari nenekku hanya untuk bermain  dengannya..
Hingga saat itu kami beranjak SMP, tapi kami berpisah..
Aku menuruti keinginan orang tuaku untuk masuk ke sebuah pesantren yang mempunyai kyai cukup terkenal sedangkan Dwi memasuki SMP negeri.
3 tahun berlalu,
Aku beranjak SMA.. kami bertemu kembali di sebuah Madrasah Aliyah Negeri.
Kami mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) walaupun telat sehari.. kami dihukum bersama, indah jika ku mengingat-ingat kembali..
Tapi, saat pembagian jurusan.. kami terpisah kembali.
Dia masuk jurusan IPS, sedangkan aku  IPA..
Sejak itu kami jarang bersama,


Hingga kami lulus, semua itu terjadi...
Dwi ingin sekali kuliah sepertiku..mungkin karna ekonomi atau apa entahlah. Dwi masih terus menunggu untuk kuliah.
Sejak itu Dwi sering sakit,
Kawan..ini kesalahan terbesarku..
sungguh aku tidak begitu peduli saat itu, aku mengira Dwi hanya sakit biasa.
Hingga dia terbaring lemah di Rumah sakit, aku hanya menjenguknya beberapa kali saja...
Padahal aku tau, dia sangat membutuhkan aku..
Dokter bilang Dwi terkena kanker otak, hingga butuh perawatan cukup lama di Rumah sakit..
Akhirnya Dwi membaik dan pulang ke rumahnya..
Kawan, .
Penderitaan Dwi melawan penyakitnya belum selesai.
Dwi masih terbaring lemah di kasur lantainya...
Sesekali aku melihat keadaannya
Kurus...
Kurus sekali..
Aku tau benar, Dwi memiliki perawakan yang gemuk.
Air mataku mengalir deras, Dwi memintaku untuk membaca kitab suci Al-Qur’an di dekat telinganya...
Banyak sekali ucapan dan permintaan aneh yang keluar dari mulutnya.
Minta beli kain kafan lah, bikin ‘rumah’ lah apa saja yang mencirikan orang yang sebentar lagi tiada..
Mungkin Dwi tidak tahan dengan penyakitnya...
Setiap detik Dwi menelponku agar ku menemani dia terlelap,
karena kesibukanku..
Tidak jarang aku me-reject telepon darinya...
Banyak sekali alasanku, agar tidak menginap di rumahnya.
Kawan...
Taukah kalian apa yang terjadi esok?
Hanya Allah yang mengetahui apa yang terjdi esok...
Sore itu...
Aku pulang dari acara seminar yang kuikuti...
Kabar yang mengejutkan, membuat tenggorokanku tercekat...
Dwi masuk rumah sakit lagi...
Sebagian tubuhnya sudah tidak berfungsi lagi
Aku berniat menjenguknya esok..
Ba’da isya aku mengaji di masjid bersama teman-teman remaja...
Ponselku bergetar, menandakan pesan masuk..
Aku membacanya berkali-kali,
Aku tercekat, masih belum percaya...
Aku memastikan orang di rumah sakit..
Ternyata benar....
INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI’UN
Dwi sahabatku telah tiada...
Kawan...
Inilah penyesalan terbesarkuuu
Hati ini terus mengutuk
Andai saja aku menginap semalam saja di rumahnya
Andai saja aku terus menemaninya...
Maaf
Maaf
Maaf
Semoga kamu berada di syurga-NYA
Ya Allah tempatkanlah Dwi tempat terbaikMu
Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin